Sejarah dunia
Sejarah dunia adalah sejarah umat manusia di seluruh dunia, di semua tempat di Bumi, dirunut dari era Paleolitik. Berbeda dengan sejarah Bumi (yang mencakup sejarah geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam arkeologis dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan, atau zaman prasejarah.[1][2] Prasejarah dimulai dari Era Paleolitik ("Zaman Batu Awal"), diikuti dengan Era Neolitik (Zaman Batu Baru) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan Hilal Subur.
Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat
manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan
dan hewan.[3] Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidup nomaden berubah menjadi hidup menetap sebagai petani.[a] Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja dalam usaha panen.
Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan
kota-kota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (danau
dan sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada tahun 3000 SM, telah
muncul peradaban di lembah Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur Tengah,[5] di tepi Sungai Nil Mesir,[6][7][8] dan di lembah sungai Indus.[9][10][11] Selain itu peradaban juga muncul di lembah Sungai Kuning.
Di tempat-tempat perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat
yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan sistem tulisan untuk
mempermudah usaha administrasi dan niaga.[12]
Sejarah Dunia Lama (khususnya Eropa dan Mediterania) umumnya terbagi menjadi Abad Kuno, sejak dari zaman sebelum kelahiran Yesus hingga 476 setelah kelahiran Yesus; Abad Pertengahan,[13][14] dari abad ke-5 hingga abad ke-15, meliputi Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M – sekitar 1258 M) dan Zaman Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M);[15][16] Abad Modern Awal,[17] dari abad ke-15 sampai akhir abad ke-18, mencakup Abad Pencerahan; dan Abad Modern Akhir, dari masa Revolusi Industri hingga sekarang, termasuk sejarah kontemporer. Dalam sejarah Eropa Barat, "Kejatuhan Roma" tahun 476 M umumnya dipandang sebagai penanda akhir Zaman Kuno dan permulaan Abad Pertengahan. Sebaliknya, di Eropa Timur terjadi transisi dari Kekaisaran Romawi menjadi Kekaisaran Bizantium, yang tidak runtuh sampai berabad-abad kemudian. Pada pertengahan abad ke-15, teknik cetak modern yang ditemukan Johannes Gutenberg[18] merevolusi metode komunikasi, berperan dalam mengakhiri Abad Pertengahan dan menjadi perintis dalam Revolusi Ilmiah.[19] Pada abad ke-18, akumulasi pengetahuan dan teknologi, khususnya di Eropa, telah mencapai massa genting yang menuju kepada Revolusi Industri.[20]
Di tempat lain, meliputi Timur Dekat Kuno,[21][22] Cina Kuno,[23] dan India Kuno, terjadi rentang sejarah berbeda-beda. Pada abad ke-18, karena perdagangan internasional dan kolonisasi yang ekstensif, sejarah berbagai peradaban menjadi terjalin secara signifikan (lihat: globalisasi). Dalam waktu sekitar seperempat milenium,
angka pertumbuhan jumlah penduduk, pengetahuan, teknologi,
perekonomian, tingkat kerugian senjata, dan kerusakan lingkungan
meningkat drastis, mendatangkan risiko bagi kelayakhunian Bumi.[24][25]
Prasejarah
Manusia purba
Hasil perhitungan jam molekuler mengindikasikan bahwa garis silsilah hominid yang mengarah pada Homo sapiens bercabang dengan garis keturunan yang mengarah pada simpanse (kerabat terdekat manusia modern yang masih hidup) sekitar lima juta tahun yang lalu.[26] Menurut para ahli, genus Australopithecine, yang kemungkinan besar merupakan kera pertama yang berjalan tegak, berangsur-angsur menurunkan genus Homo. Salah satu spesiesnya, Homo erectus
(1,9 juta–10.000 tahun lalu) mampu menggunakan peralatan kayu dan batu
sederhana selama ribuan tahun, dan seiring waktu, peralatan yang dipakai
terus diperbagus dan lebih kompleks. Bukti bahwa pemanfaatan api oleh H. erectus
sudah dimulai sejak 400.000 tahun lalu banyak didukung oleh para
ilmuwan, sementara klaim yang menyatakan jauh sebelum itu kurang
diterima karena kurang meyakinkan dan tidak lengkap.[27] Sejak sekitar 125.000 tahun yang lalu dan seterusnya, pemanfaatan api untuk menghangatkan tubuh dan berburu menyebar ke penjuru dunia.[28]
Pada rentang Paleolitik (2,6 juta–10.000 tahun lalu), Homo heidelbergensis—keturunan H. erectus—menyebar di Afrika dan Eropa 600.000 tahun lalu, dan menjadi leluhur bagi Neanderthal dan manusia modern. Pada Paleolitik Madya (300.000–30.000 tahun lalu), manusia modern anatomis (Homo sapiens) muncul di benua Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu.[29] Mereka mengembangkan bahasa dan repertoar konseptual untuk pemakaman sistematis bagi kerabat yang meninggal dan penghiasan diri bagi yang masih hidup.[30] Selama periode ini, umat manusia bekerja sebagai pemburu-pengumpul makanan. Kehidupan dengan harapan akan keberhasilan dalam perburuan juga melahirkan kepercayaan, atau religi purba.[31] Ekspresi artistik awal dapat ditemukan dalam bentuk lukisan gua dan ukiran
yang dibuat dari kayu atau batu. Umumnya manusia purba menggambarkan
hewan buruannya atau aktivitas perburuannya. Selain itu pada umumnya
mereka hidup nomaden,
kerap berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tergantung
jumlah hewan buruan di tempat tinggal mereka. Mereka mencapai Timur Dekat sekitar 125.000 tahun yang lalu.[32] Dari Timur Dekat, populasi mereka menyebar ke timur meuju Asia Selatan sekitar 50.000 tahun yang lalu, dan menuju Australia sekitar 40.000 tahun yang lalu,[33] dan untuk yang pertama kalinya, H. sapiens mencapai teritori yang belum pernah dicapai H. erectus sebelumnya.
H. sapiens menyebar secara cepat dari Afrika menuju kawasan bebas es di Eropa dan Asia sekitar 60.000 tahun yang lalu.[34] Mereka mencapai pemutakhiran perangai sekitar 50.000 tahun yang lalu.[29] Mereka mencapai Eropa sekitar 43.000 tahun yang lalu,[35] dan akhirnya mereka menggantikan populasi Neanderthal sebelumnya. Pada masa itu terjadi periode glasial akhir,
ketika suhu kawasan di belahan utara Bumi sangat tidak layak huni.
Akhirnya umat manusia menghuni hampir dari seluruh bagian bebas es di
muka Bumi sampai akhir glasial, sekitar 12.000 tahun yang lalu. Asia Timur dicapai sekitar 30.000 tahun lalu. Perkiraan waktu migrasi ke Amerika Utara
masih diperdebatkan; kemungkinan terjadi sekitar 30.000 tahun lalu,
atau mungkin di masa berikutnya, sekitar 14.000 tahun lalu. Kolonisasi Polinesia di samudra Pasifik bermula sekitar 1300 SM, dan berakhir sekitar 900 M. Leluhur bangsa Polinesia meninggalkan Taiwan sekitar 5000 tahun lalu.
Kemunculan peradaban
Data arkeologis mengindikasikan bahwa domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan tanaman berkembang di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode Holosen[36] (sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini).[37] Di Timur Tengah, pertanian berkembang di kawasan Hilal Subur sejak sekitar 10.000–9000 SM; di Eropa, ada bukti pembudidayaan gandum, domba, kambing, dan babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di Yunani dan Aegea sekitar 7000 SM[38]; di Cina budidaya juwawut dimulai sejak 8000 SM;[39] di Amerika, labu dibudidayakan sejak 10.000–8000 SM sedangkan jagung sejak 7500 SM.[40][41] Transisi dari gaya hidup berburu ke pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai Revolusi Neolitik.
Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat, dan dalam
pengelolaannya tercipta strata pekerja karena tidak seluruh populasi
terjun langsung dalam pertanian.[42] Pada akhirnya proses panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu wilayah berdaulat.[42] Pertanian juga menghasilkan surplus makanan yang mampu menyokong kehidupan orang-orang yang tidak terlibat langsung pada produksi bahan pangan.[43][44]
Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian kota-kota pertama di dunia. Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan, pabrik, dan kekuatan politik yang hampir tidak menghasilkan pangan dengan sumber daya sendiri. Kota menciptakan simbiosis dengan desa
di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari desa dan sebagai
gantinya kota menyediakan produk pabrik serta perlindungan dan kendali
militer yang berstrata.[45]
Perkembangan kota-kota berarti kemunculan peradaban.[b] Peradaban awal muncul pertama kali di Mesopotamia hulu (3500 SM),[46] diikuti dengan peradaban Mesir di sepanjang sungai Nil (3300 SM)[8] dan peradaban Harappa di lembah sungai Indus (di masa kini merupakan wilayah Pakistan; 3300 SM).[47][48]
Masyarakat tersebut mengembangkan sejumlah karakteristik yang sama,
misalnya pemerintahan pusat, struktur sosial dan perekonomian yang
kompleks, sistem tulisan dan bahasa yang canggih, dan agama serta budaya
yang khas. Aksara
merupakan perkembangan penting lainnya dalam perkembangan sejarah
manusia, karena mendukung administrasi kota-kota dan membuat
pengungkapan gagasan menjadi lebih mudah.
Saat peradaban berkembang menuju bentuk yang lebih kompleks, demikian pula yang terjadi pada agama, dan bentuk terawal dari ragamnya tampak dimulai pada periode tersebut.[49] Benda-benda alam seperti Matahari, Bulan, Bumi, langit, dan laut kerap didewakan.[50] Ruangan suci didirikan, dan berkembang menjadi pembangunan kuil,
lengkap dengan hierarki kependetaan dan jabatan lainnya yang kompleks.
Tipikal zaman Neolitik adalah kecenderungan untuk memuja dewa-dewi antropomorfis. Salah satu teks keagamaan kuno yang masih lestari adalah Teks Piramida, koleksi teks yang dibuat oleh bangsa Mesir, yang tertua dibuat sekitar tahun 2400–2300 SM.[51] Berdasarkan ekskavasi di kompleks kuil Göbekli Tepe ("Bukit Perut Gendut") di Turki selatan yang berdiri sejak 11.500 tahun yang lalu, para arkeolog berpikir bahwa keberadaan agama mendahului Revolusi Pertanian daripada muncul setelah revolusi itu dimulai, sebagaimana diasumsikan pada umumnya.[52]..
Zaman Kuno
Garis waktu
- Tahun di bawah ini menunjukkan perkiraan. Baca artikel terkait untuk detail lebih lanjut.
Maulid peradaban
Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman (Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi)
yang memberi deskripsi sejarah peradaban kuno secara efektif bagi
beberapa kawasan dunia. Selama era tersebut, di kawasan-kawasan yang
paling subur berdirilah negara kota
dan peradaban awal mulai berkembang di beberapa bagian dunia.
Peradaban-perdaban tersebut terpusat pada lembah sungai yang subur: sungai Tigris dan Efrat di Mesopotamia, sungai Nil di Mesir, sungai Indus di Asia Selatan, dan Yangtze serta sungai Kuning di Cina.
Sumeria yang terletak di Mesopotamia adalah peradaban kompleks pertama yang diketahui sejauh ini, berkembang dari beberapa negara kota pada milenium keempat sebelum Masehi. Di kota-kota itulah bentuk tulisan terawal, yaitu huruf paku (kuneiform), muncul sekitar 3000 SM. Kuneiform berawal dari sebuah sistem piktograf. Gambar-gambar representasi tersebut berangsur-angsur menjadi lebih sederhana dan abstrak. Kuneiform ditulis pada sabak tanah liat, dan hurufnya digambar dengan buluh yang berfungsi sebagai stilus. Dengan dibuatnya tulisan, administrasi suatu negara besar menjadi lebih mudah.
Transportasi difasilitasi dengan jalur air, baik melalui sungai atau laut. Laut Tengah,
yang mencakup tiga titik benua, membantu perkembangan kekuatan militer
serta pertukaran komoditas, ide-ide baru, dan invensi. Pada era ini juga
bermunculan teknologi baru di darat, misalnya kereta perang dan pasukan berbasis kuda yang membuat pergerakan tentara menjadi lebih cepat. Teknologi tersebut berperan dalam kemajuan militer; ekspansi wilayah serta pencaplokan teritori mulai terjadi, contohnya Pertempuran Kadesh dan Pengepungan Dapur pada abad ke-13 SM antara bangsa Mesir dan Het. Penyatuan daerah-daerah taklukan berlanjut pada munculnya imperium atau kekaisaran,
manifestasi hegemoni suatu bangsa dan ekspansi suatu wilayah berdaulat.
Peradaban yang ekstensif dapat membawa kedamaian dan stabilitas bagi
daerah luas. Imperium pertama, yang mengendalikan teritori luas dan
banyak kota, berkembang di Mesir yang ditandai dengan bersatunya Mesir Hulu dan Hilir
sekitar 3100 SM. Setelah berabad-abad kemudian, peradaban lembah sungai
yang lain juga menunjukkan kejayaannya dengan pendirian kekaisaran.
Pada abad ke-24 SM, Kekaisaran Akkadia berdiri di Mesopotamia;[53] dan sekitar tahun 2200 SM, Dinasti Xia berdiri di Cina.
Setelah berabad-abad kemudian, peradaban lain berkembang di berbagai belahan dunia. Perdagangan
semakin berkembang menjadi sumber kekuasaan karena negara-negara yang
memiliki akses untuk sumber daya penting atau menguasai jalur
perdagangan penting akan bangkit dan mendominasi. Sekitar 2500 SM, Kerajaan Kerma berkembang di Sudan, sebelah selatan Mesir. Di wilayah Turki dahulu, bangsa Het menguasai suatu imperium besar dan sejak 1600 SM, Yunani Mikene mulai berkembang.[54][55]
Di India, periode sebelum 500 SM dikenal sebagai periode Weda, menurut estimasi masa penyusunan Regweda (sekitar 1700 SM hingga 1100 SM), kumpulan himne keagamaan yang menjadi fondasi bagi agama Hindu
dan aspek kultural lainnya pada masyarakat India awal. Rentang waktu
periode ini tidak diketahui dengan pasti, dan masa berakhirnya
diperkirakan sekitar abad ke-6 SM. Pada periode tersebut sudah ada
religi yang menjadi perintis bagi agama Hindu seperti yang dikenal pada masa kini.[56] Dalam periode tersebut, sekitar 700-300 SM, berbagai kerajaan dan republik mandiri yang dikenal sebagai Mahajanapada didirikan di berbagai daerah India.
Saat berbagai peradaban kompleks muncul di belahan bumi timur, kebanyakan masyarakat pribumi di benua Amerika masih hidup relatif sederhana selama beberapa masa, dan terpecah menjadi berbagai budaya regional yang berbeda-beda. Selama tahap formatif di Mesoamerika
(sekitar 1500 SM sampai 500 M), peradaban yang lebih kompleks dan
terpusat mulai berkembang, terutama pada daerah yang kini disebut Meksiko, Amerika Tengah, dan Peru. Peradaban yang ada yaitu Maya, Zapotek, Moche, dan Nazka. Mereka mengembangkan pertanian dengan baik, misalnya menanam jagung
dan tanaman khas Amerika lainnya, serta membuat budaya serta agama yang
istimewa. Masyarakat pribumi kuno tersebut akan mendapatkan pengaruh
yang besar setelah kedatangan orang-orang dari Eropa pada awal zaman modern.
Seiring peradaban berkembang di berbagai belahan dunia, religi atau sistem kepercayaan juga muncul di tempat tersebut. Pada beberapa peradaban di kawasan Hilal Subur, contohnya Mesir dan Mesopotamia, para raja dianggap sebagai tangan kanan Tuhan (teokrasi) sehingga mereka berperan sebagai pemimpin politik sekaligus spiritual.[57] Di Kanaan, orang-orang menyembah berbagai dewa, yang terkenal adalah Baal. Di kemudian hari, kepercayaan ini tergantikan oleh agama Yahudi yang monoteistik. Sementara itu di India terdapat pemujaan terhadap personifikasi alam seperti Agni (api), Waruna (laut), dan Dyaus Pita (langit). Tradisi ini berkembang menjadi agama Weda, kemudian dimutakhirkan menjadi agama Hindu
seperti yang dikenal sekarang ini. Di Asia Timur, manusia mulai
menyadari harmonisasi alam, menghormati para leluhur yang mewariskan
kesejahteraan pada mereka, dan mulai memahami hakikat dirinya. Hal itu
memicu kemunculan berbagai filsafat, di antaranya adalah Taoisme dan Konfusianisme.
Zaman Poros
Zaman Poros, menurut filsuf Jerman, Karl Jaspers, adalah zaman saat pemikiran revolusioner bermunculan di Cina, India, Persia, dan Dunia Barat
selama rentang waktu antara abad ke-8 hingga ke-2 SM. Pada zaman itu
terjadi perkembangan gagasan filosofis dan religius secara transformatif
di berbagai belahan dunia dan kebanyakan terjadi secara independen.
Di India terjadi perkembangan tiga agama: Hinduisme, Buddhisme, dan Jainisme. Hinduisme masa kini merupakan perkembangan dari Brahmanisme (1500–500 SM), dan penyusunan Regweda (kitab suci tertua bagi umat Hindu, bagian dari empat Weda) diduga terjadi pada masa 1100 SM.[58] Penyusunan Upanishad, yaitu suplemen bagi kitab Weda diduga terjadi pada masa 900–800 SM.[59] Pada abad ke-7 SM, di India Utara, Siddhartha Gautama dari suku Sakya menyebarkan Buddhisme atau agama Buddha yang merupakan bagian dari tradisi Shramana, paralel namun berbeda dengan pelopor Hinduisme. Sebagaimana Hinduisme, ajaran Buddha juga mengenal karma, reinkarnasi, dan ahimsa, namun menolak keberadaan Tuhan dan sistem kasta. Pada abad ke-6 SM, bagian lain dari Shramana, yaitu Jainisme disebarkan oleh Mahavira (abad ke-6 SM). Pendahulunya adalah Pārśva
(abad ke-9 SM), yang juga merupakan pemimpin Jainisme menurut umat
Jaina. Seperti agama Buddha, Jainisme menolak penciptaan dunia oleh
Tuhan. Di antara ketiga agama tersebut, Hinduisme mendominasi India,
sedangkan Buddhisme lebih berkembang di Asia Timur dan Tenggara,
sementara Jainisme menjadi agama minoritas.
Di belahan Dunia Timur, tiga perguruan filsafat telah mendominasi pemikiran bangsa Tionghoa hingga masa kini. Ketiganya adalah Legalisme (abad ke-8 SM),[60] Taoisme (abad ke-6 SM),[61] dan Konfusianisme (abad ke-6 SM).[62]
Legalisme adalah filsafat yang lebih mengutamakan sistem hukum daripada
pemikiran tinggi seperti alam dan tujuan kehidupan. Sementara itu,
Taoisme mengajarkan keharmonisan antara manusia dengan alam, diprakarsai
oleh Laozi dan ajarannya terangkum dalam Daode Jing.[63] Meskipun hidup pada abad ke-6 SM, ada dugaan bahwa Daode Jing disusun pada masa antara abad ke-4 hingga ke-3 SM.[63] Ajaran Khonghucu (Konfusianisme) yang digagas Kong Hu Cu, yang di kemudian hari memperoleh dominansi, mencari moralitas politis tidak untuk paksaan melainkan untuk kekuatan dan keteladanan tradisi. Ajaran Khonghucu menyebar ke semenanjung Korea hingga kepulauan Jepang yang masih menganut syamanisme dan kepercayaan tradisional lainnya. Serikat Yesus di Cina pada abad ke-16 dan ke-17 memandang Konfusianisme sebagai suatu sistem etis, bukan agama, sehingga tidak akan bertentangan dan akan sejalan dengan agama Kristen.[64] Meskipun demikian, penghormatan leluhur di Cina
oleh beberapa kelompok dipandang bertentangan dengan ajaran Kristen
sehingga kini pelaksanaannya tidak dianjurkan lagi bagi orang Kristen
Tionghoa.[65]
Di belahan Dunia Barat, terjadi awal pemikiran monoteisme di Persia dan Kanaan. Monoteisme di Persia Kuno mengenal Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Ahura Mazda. Ahura Maza memiliki oposisi yang disebut Angra Mainyu, roh perusak, manifestasi dari kegelapan dan kejahatan. Di Mediterania, tradisi filosofis bangsa Yunani Kuno yang direpresentasikan oleh Sokrates,[66] Plato,[67] dan Aristoteles,[68][69] tersebar di sepanjang Eropa dan Timur Tengah pada abad ke-4 SM karena penaklukkan yang dilakukan oleh Aleksander III dari Makedonia, lebih dikenal sebagai Aleksander Agung.[70][71][72]
Kekaisaran regional
Pada masa seribu tahun dari 500 SM hingga 500 M, serangkaian
kekaisaran dengan luas wilayah yang belum pernah dicapai sebelumnya
telah berkembang. Tentara profesional yang terlatih dengan baik, ideologi pemersatu, dan birokrasi yang lebih maju memberi peluang bagi para kaisar untuk memerintah daerah yang sangat luas yang populasinya dapat mencapai angka sepuluh ribu atau lebih.
Beberapa daerah mengalami kemajuan teknologi yang perlahan namun pasti, dengan perkembangan penting seperti sanggurdi dan tenggala. Di beberapa daerah, ada periode perkembangan teknologi secara pesat. Yang terkemuka adalah kawasan Mediterania selama periode Hellenistik, saat ratusan teknologi berhasil diciptakan.[73][74] Periode semacam itu diikuti oleh periode keusangan teknologi, ketika kemunduran Kekaisaran Romawi hingga kejatuhannya dan awal Abad Pertengahan.
Suatu kekaisaran besar bergantung pada pencaplokan teritori secara
militer dan pada susunan pemukiman yang terlindungi untuk menjadi pusat
penghasil pangan.[75] Perdamaian relatif yang dicanangkan suatu kekaisaran dapat menggiatkan perdagangan internasional, terutama rute perdagangan sibuk di Laut Tengah yang telah berkembang sejak periode Hellenistik, serta Jalur Sutra.
Di Dunia Barat, bangsa Yunani Kuno (dan kemudian Romawi Kuno) mendirikan kebudayaannya sendiri yang pelaksanaan, aturan, dan adatnya dipandang sebagai fondasi bagi peradaban Barat
kontemporer. Pada awal abad ke-3 SM, bangsa Romawi mulai memperluas
daerah kekuasaannya melalui penaklukkan dan kolonisasi. Pada masa
pemerintahan Kaisar Augustus (akhir abad ke-1 SM), Roma menguasai seluruh negeri di sekeliling Mediterania (Laut Tengah). Pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus (awal abad ke-2 M), Roma menguasai sebagian besar daerah dari Inggris hingga Mesopotamia.
Pada abad ke-3 SM, hampir seluruh Asia Selatan disatukan ke dalam Kemaharajaan Maurya oleh Chandragupta Maurya dan berkembang dengan baik di bawah pemerintahan Ashoka yang Agung. Sementara itu, sekitar tahun 206 SM, Dinasti Han berdiri di Asia Timur, yang sepadan dengan bangsa Romawi dalam hal kekuatan dan pengaruh dan keduanya berada pada sisi Jalur Sutra
yang berlawanan. Di saat bangsa Romawi membangun kekuatan militer yang
belum pernah disaksikan sebelumnya pada masa kuno, Dinasti Han justru
mengembangkan kartografi
canggih, pembuatan kapal, dan navigasi. Dunia Timur juga menciptakan
tungku pembakaran suhu tinggi dan mampu menghasilkan instrumen musik
dari tembaga berkualitas baik. Di antara kekaisaran lain selama periode
klasik, Dinasti Han lebih maju dalam hal pemerintahan, pendidikan,
matematika, astronomi, dan teknologi.
Pada abad ke-1 M, kekaisaran Aksum
mendeklarasikan diri sebagai kerajaan niaga besar, mendominasi negeri
tetangganya di Arab Selatan dan Kush serta menguasai perdagangan di Laut Merah. Mereka mencetak mata uangnya sendiri dan mengukir stela monolitik seperti Obelisk Aksum untuk menandai makam kaisarnya.
Kekaisaran kuno menghadapi masalah umum yang berkaitan dengan
pemeliharaan pasukan yang berjumlah besar dan penyokongan terhadap
birokrasi pusat. Beban dirasakan paling berat oleh kaum petani,
sementara bangsawan tuan tanah terus menghindari kendali dari pusat.
Serangan bangsa biadab di wilayah perbatasan makin mempercepat perpecahan internal. Kekaisaran Han di Cina jatuh ke dalam perang saudara pada tahun 220 M, sementara Kekaisaran Romawi yang sezaman dengannya perlahan-lahan kehilangan kendali dari pusat dan mengalami krisis pada masa yang sama.
Dari abad ke-3 M, Dinasti Gupta mempertahankan periode yang dikenal zaman kejayaan India Kuno. Kemaharajaan di Asia Selatan meliputi para raja Chalukya, Rashtrakuta, Hoysala, Chola, dan Wijayanagara. Ilmu, teknik, seni, sastra, astronomi, dan filsafat berkembang dengan baik di bawah perlindungan para raja tersebut. Dari abad ke-4 hingga ke-6, India Utara diperintah oleh para raja Gupta. Di India Selatan, tiga dinasti para raja Dravida yang terkemuka berdiri: Chera, Chola, dan Pandya. Stabilitas yang masih bertahan turut berkontribusi dalam masa kejayaan kebudayaan Hindu pada abad ke-4 dan ke-5.
Di benua Amerika, kerajaan-kerajaan regional berjaya didirikan sejak sekitar 2000 SM. Di Mesoamerika,[76] masyarakat pra-Kolumbus yang luas sedang terbentuk, yang terkemuka adalah Maya dan Aztek. Seiring budaya ibu bangsa Olmeka[77] perlahan-lahan surut, negara kota
bangsa Maya yang besar perlahan-lahan berkembang dalam hal jumlah dan
keunggulan, dan kebudayaan Maya menyebar sepanjang semenanjung Yucatán dan daerah di sekitarnya. Kekaisaran Aztek di masa berikutnya dibangun oleh kebudayaan tetangganya dan mendapat pengaruh dari suku-suku taklukkan seperti Toltek.
Kemunduran dan kejatuhan
Kekaisaran-kekaisaran besar di Eurasia terletak di dataran dekat pesisir beriklim sedang. Dari stepa Asia Tengah, bangsa nomad penunggang kuda (Mongol, Turk) mendominasi sebagian besar wilayah benua. Pengembangan sanggurdi
dan pengembangbiakan kuda cukup kuat untuk mengangkut para pemanah
bersenjata lengkap, sehingga bangsa nomad tersebut menjadi ancaman
terus-menerus bagi peradaban bangsa yang bertempat tinggal tetap.
Perpecahan Kekaisaran Romawi secara berangsur-angsur[78][79] terjadi beberapa abad setelah abad ke-2 M, bersamaan dengan penyebaran agama Kristen dari Timur Tengah ke barat. Kekaisaran Romawi Barat jatuh[80] di bawah dominasi bangsa Germanik
pada abad ke-5 M, dan negara tersebut perlahan-lahan berkembang menjadi
sejumlah negara-negara saling perang. Sisa Kekaisaran Romawi di timur
Mediterania kemudian menjadi Kekaisaran Bizantium.[81] Berabad-abad kemudian, persatuan terbatas akan terjadi di Eropa Barat melalui pendirian Kekaisaran Romawi Suci[82] tahun 962, mencakup sejumlah negara yang kini dikenal dengan nama Jerman, Austria, Swiss, Cheska, Belgia, Italia, dan beberapa wilayah Prancis.
Di Cina, dinasti-dinasti didirikan dan diruntuhkan silih berganti.[83][84] Setelah runtuhnya Dinasti Han Timur[85] dan berakhirnya Zaman Tiga Negara, bangsa nomad mulai menginvasi pada abad ke-4 M, dan berhasil menaklukkan kawasan Cina Utara dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Dinasti Sui mempersatukan Cina kembali pada tahun 581, kemudian di bawah pemerintahan Dinasti Tang (618–907) Cina memasuki zaman keemasan kedua. Meskipun demikian, Dinasti Tang juga mengalami perpecahan. Setelah kekacauan selama setengah abad, Dinasti Song Utara mempersatukan Cina kembali tahun 982. Sementara itu, ancaman dari bangsa nomad di utara kian menjadi-jadi. Cina Utara jatuh ke tangan bangsa Jurchen tahun 1141, dan Kekaisaran Mongol[86][87] menaklukkan seluruh Cina tahun 1279, demikian pula hampir setengah daratan Eurasia.
Era Klasik
Era Klasik mencakup periode sejarah yang terdiri dari peradaban yang saling melengkapi antara Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
Era ini adalah masa saat masyarakat Yunani dan Romawi berkembang dan
memegang pengaruh yang besar di seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur
Tengah.
Era ini dimulai dengan catatan pertama puisi Yunani karya Homer (abad ke-8 hingga abad ke-7 SM) dan berlanjut dengan bangkitnya Kekristenan dan runtuhnya Kekaisaran Romawi (abad ke-5). Era ini berakhir dengan hilangnya budaya klasik dan berubah menjadi Abad Pertengahan Awal (500-1000).
Dari pecahan-pecahan era klasik yang bertahan hidup, gerakan
kebangkitan terbentuk secara bertahap dari abad ke-14 yang akhirnya
dikenal di Eropa dengan nama Renaisans.
Kekaisaran Romawi
Kekaisaran Romawi (bahasa Latin: Imperium Romanum) adalah periode pasca-Republik peradaban Romawi kuno, ditandai dengan bentuk pemerintahan otokrasi dan wilayah kekuasaan yang lebih luas di Eropa dan sekitar Mediterania.[88]
Republik Romawi yang betahan selama 500 tahun dan lebih dulu ada, telah melemah dan runtuh melalui beberapa perang saudara.[c] Beberapa peristiwa banyak diajukan sebagai penanda peralihan dari Republik menjadi Kekaisaran, termasuk penunjukan Julius Caesar sebagai diktator seumur hidup (44 SM), Pertempuran Actium (2 September 31 SM), dan pemberian gelar Augustus kepada Oktavianus oleh Senat (4 Januari 27 SM).[nb 1]
Kekristenan mula-mula
Diawali dengan kelahiran Yesus yang menandai era baru yang disebut era Masehi (dari bahasa Arab المسيح, al-Masih), dan era sebelum kelahiran Yesus disebut sebagai Sebelum Masehi (SM)[d]. Kehidupan, pelayanan, kematian, dan -- seperti yang dipercayai umat Kristen -- kebangkitan dan kenaikan Yesus ke Surga, menjadikan Yesus sebagai salah satu tokoh yang pernah hidup yang paling mempengaruhi sejarah dunia. [89]
Kekristenan mula-mula biasanya didefinisikan sebagai kekristenan dalam rentang waktu 3 abad antara penyaliban Yesus (sekitar tahun 30 M) dan Dewan Nicaea Pertama (325 M). Setelah Amanat Agung diberikan oleh Yesus kepada para murid, gerakan tersebut dimulai dari sekelompok kecil orang-orang Yahudi (termasuk Paulus) yang menyebarkan pengajaran Yesus ke kota-kota di seantero dunia Helenistik, seperti Aleksandria, Antiokhia, Roma, dan bahkan di luar Kerajaan Roma, hingga akhirnya membawa Kaisar Konstantin Agung menjadikan kekristenan sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi, yang dalam hal ini menjadi titik balik sejarah di Eropa dalam hal kebebasan peradaban.[90].
Transisi ke Abad Pertengahan
Pada dua abad pertamanya, Kekaisaran Romawi mengalami kestabilan dan kemakmuran, sehingga periode tersebut dikenal sebagai Pax Romana ("Kedamaian Romawi").[91] Romawi ini mencapai wilayah terluasnya di bawah kaisar Trajanus: pada masa pemerintahannya (98 sampai 117 M) Kekaisaran Romawi menguasai kira-kira 6.5 juta km2[92] permukaan tanah. Pada akhir abad ke-3 M, Romawi menderita krisis yang mengancam keberlangsungannya, namun berhasil disatukan kembali dan distabilkan oleh kaisat Aurelianus dan Diokletianus.
Penganiayaan terhadap umat Kristen berubah setelah Konstantinus Agung
menjadi Kaisar dan menoleransi ajaran para pengikut Kristus pada tahun
330 M. Sementara pada tahun 395 M kematian Theodosius kemudian membagi kekaisaran menjadi Kekaisaran Romawi Barat dan Kekaisaran Romawi Timur.
Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada 476 M setelah Romulus Augustus dipaksa untuk menyerah kepada pemimpin Jermanik, Odoaker[93], yang menandai dimulainya Zaman Kegelapan di Eropa Barat. Sementara Kekaisaran Romawi Timur terus berlanjut hingga Abad Pertengahan sebagai Kekaisaran Bizantium, yang pada akhirnya runtuh pada tahun 1453 dengan meninggalnya Konstantinus XI dan penaklukan Konstantinopel oleh Turki Utsmaniyah yang dipimpin oleh Mehmed II.[94]
Karena wilayahnya yang luas dan jangka waktunya yang lama, institusi
dan kebudayaan Romawi memberikan pengaruh yang besar terhadap
perkembangan bahasa, agama, arsitektur, filsafat, hukum, dan bentuk
pemerintahan di daerah-daerah yang dikuasainya, khususnya di Eropa.
Ketika bangsa Eropa melakukan ekspansi ke belahan dunia lainnya,
pengaruh Romawi ikut disebarkan ke seluruh dunia.
Abad Pertengahan
Abad Pertengahan berpusat di kawasan Eurasia lazimnya terhitung sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5. Kekaisaran Romawi Barat terpecah belah menjadi berbagai kerajaan mandiri, sementara itu Romawi Timur, atau Kekaisaran Bizantium bertahan hingga menjelang akhir Abad Pertengahan. Periode ini juga berkaitan dengan kemunculan agama Islam, penaklukkan Islam,[95] kemudian zaman kejayaan Islam,[96] dan permulaan serta perluasan perdagangan budak Arab, diikuti dengan serbuan Mongol di Timur Tengah dan Asia Tengah. Di Asia Selatan berdiri kerajaan pertengahan di India, disusul dengan pendirian kesultanan di India. Kekaisaran Cina mengalami pergantian dinasti antara lain Dinasti Sui, Tang, Liao, Jin, Yuan dan Ming. Jalur perdagangan Timur Tengah yang melalui Samudra Hindia, serta Jalur Sutra yang melalui gurun Gobi,
memberikan hubungan ekonomi dan budaya yang terbatas antara peradaban
Asia dan Eropa. Sementara Abad Pertengahan bergantung pada pengaruh dari
Eropa, peradaban di benua Amerika, seperti Inka, Maya, dan Aztek, masih terus berkembang, kemudian berakhir pada masa yang berbeda-beda.
Perkembangan Islam
Pada abad ke-7, di jazirah Arab, Muhammad bin Abdullāh menyebarkan agama baru yang disebut Islam, dan pengikutnya disebut muslim. Kemunculan Islam mengakhiri periode paganisme bangsa Arab sebelumnya yang dikenal sebagai zaman Jahiliyah. Setelah wafatnya Muhammad, kaum muslim memulai ekspansi mereka pada akhir Era Klasik dan awal Abad Pertengahan. Mereka menaklukkan hampir seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan sebagian kawasan Eropa. Pengetahuan dan keterampilan dari Timur Tengah, Yunani, dan Persia Kuno dipelajari oleh mereka pada Abad Pertengahan. Kaum muslim juga memberi inovasi bagi penemuan bangsa lain, misalnya pengolahan kertas dari Cina dan posisi desimal pada sistem bilangan dari India. Sebagian besar pembelajaran dan perkembangan tersebut berhubungan dengan geografi. Sebelum kemunculan Islam, kota Mekkah sudah menjadi pusat perdagangan di Arab, dan Muhammad adalah seorang pedagang. Dengan tradisi haji,
yaitu perjalanan suci ke Mekkah, kota tersebut tidak hanya menjadi
pusat pertukaran komoditas, melainkan juga pertukaran ide. Pengaruh
pedagang Muslim atas rute perdagangan Afrika-Arab dan Arab-Asia sungguh
besar. Akibatnya, peradaban Islam berkembang dan meluas dengan basis
perekonomian pedagangnya, berbeda dengan Kristen, India, dan Cina yang
masyarakatnya berbasis pada pertanian. Para pedagang muslim membawa
barang dagangan serta agama mereka ke Cina (sehingga kini ada populasi
sekitar 37 juta muslim Cina, terutama dari suku Uyghur, yang wilayahnya merupakan bagian dari negara Cina), India, Asia Tenggara, dan kerajaan-kerajaan di Afrika Barat lalu kembali dengan penemuan-penemuan baru.
Eropa Abad Pertengahan
Erop selama Abad Pertengahan Awal ditandai dengan berkurangnya populasi, urbanisasi, dan serbuan bangsa biadab, semuanya dimulai sejak Abad Kuno. Penyerbu biadab mendirikan kerajaan-kerajaan mereka di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat. Pada abad ke-7, Afrika Utara dan Timur Tengah (yang pernah menjadi wilayah Kekaisaran Romawi Timur) menjadi bagian dari kekhalifahan setelah penaklukkan yang dilakukan oleh penerus Muhammad.
Meskipun ada perubahan substansial dalam struktur masyarakat dan
politik, namun tidak seekstrem yang pernah dikemukakan para sejarawan,
karena banyak kerajaan baru menyatukan diri dengan tradisi Romawi yang
masih bertahan. Agama Kristen menyebar di Eropa Barat dan banyak biara didirikan. Pada abad ke-7 dan ke-8, bangsa Franka, di bawah pemerintahan Dinasti Karolingia,
mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi sebagian besar kawasan Eropa
Barat; kekaisaran itu bertahan hingga abad ke-9, setelah kalah di bawah
tekanan para penyerbu—bangsa Viking, Magyar, dan Saracen.
Selama Abad Pertengahan Luhur,
yang dimulai setelah 1000 M, populasi di Eropa meningkat pesat diiringi
dengan teknologi baru dan inovasi pertanian yang membuat perdagangan
berkembang maju dan lahan-lahan pertanian bertambah. Manorialisme—serikat petani di desa yang menyewa tanah dan bekerja untuk para bangsawan—dan feodalisme—struktur
politik yang membuat para kesatria dan golongan bangsawan tingkat
rendah memberikan pelayanan kepada majikannya sebagai balas jasa atas
hak menyewa tanah—adalah dua cara untuk mengorganisasi masyarakat Abad
Pertengahan yang berkembang selama Abad Pertengahan Luhur.
Kerajaan-kerajaan menjadi lebih menekankan sentralisasi setelah dampak
desentralisasi dari pecahnya Kekaisaran Karolingia. Perang Salib, yang pertama kali diserukan tahun 1095, merupakan usaha orang Kristen barat untuk merebut kembali Tanah Suci dari tangan muslim, dan setelah usaha panjang orang Kristen mampu mendirikan negara-negara kecil di Timur Dekat. Kehidupan intelektual ditandai dengan skolastisisme dan pendirian beberapa universitas, sementara pembangunan katedral Gotik merupakan salah satu pencapaian artistik luar biasa pada masa itu.
Abad Pertengahan Akhir ditandai dengan banyaknya kesulitan dan bencana. Kelaparan, wabah, dan perang membinasakan sebagian populasi Eropa Barat. Maut Hitam
sendiri membunuh sekitar sepertiga dari populasi Eropa antara 1347 dan
1350. Maut Hitam merupakan salah satu pandemik paling mematikan dalam
sejarah umat manusia. Bermula di Asia, wabah tersebut mencapai Mediterania dan Eropa Barat selama akhir 1340-an,[97] dan membunuh 10 juta orang Eropa dalam enam tahun; antara sepertiga hingga setengah populasi Eropa.[98]
Pada Abad Pertengahan[99] terjadi urbanisasi
berkesinambungan pertama di Eropa Utara dan Barat. Banyak negara-negara
Eropa masa kini yang memiliki asal-usul dari peristiwa-peristiwa
sepanjang Abad Pertengahan; perbatasan politis Eropa masa kini, dalam
banyak hal, merupakan akibat dari prestasi militer dan kewangsaan selama
zaman kegemuruhan tersebut.[100] Abad Pertengahan berlangsung hingga dimulainya Abad Modern Awal[17] pada abad ke-16, ditandai oleh berdirinya banyak negara kota, pembagian Kekristenan Barat dalam suatu reformasi,[101] kebangkitan humanisme dalam Renaisans Italia,[102] dan dimulainya penjelajahan samudra oleh orang Eropa yang mengakibatkan Pertukaran Columbian.[103]
Afrika Sub-Sahara Abad Pertengahan
Afrika Sub-Sahara pada Abad Pertengahan merupakan rumah bagi berbagai peradaban. Kerajaan Aksum melemah pada abad ke-7 M saat Islam memisahkannya dari sekutu Kristen mereka dan rakyatnya pindah jauh ke dataran tinggi Ethiopia demi mencari perlindungan. Akhirnya mereka mendirikan Dinasti Zagwe yang terkenal akan bangunan dari pahatan batu di Lalibela. Kemudian dinasti tersebut dijatuhkan oleh Dinasti Salomo yang mengaku sebagai keturunan para raja Aksum dan memerintah dengan baik sampai abad ke-20. Di kawasan Sahel di Afrika Barat, banyak kekaisaran Islam berdiri, seperti kekaisaran Ghana, kekaisaran Mali, kekaisaran Songhai, dan kekaisaran Kanem. Mereka menguasai emas, gading, garam, dan budak di jalur perdagangan trans-Sahara.
Di selatan peradaban Sahel terdapat hutan pesisir yang tidak bisa dihuni oleh kuda dan unta. Di sana berdirilah beberapa peradaban: bangsa Yoruba dengan kota Ife (terkenal akan seninya yang naturalistik) dan Kekaisaran Oyo; bangsa Edo dengan Kekaisaran Benin yang beribukota di kota Benin; bangsa Igbo dengan Kerajaan Nri yang menghasilkan seni perunggu berkualitas di Igbo Ukwu; dan bangsa Akan yang terkenal akan arsitekturnya yang rumit.
Di daerah yang kini disebut Zimbabwe pernah berdiri sejumlah kerajaan yang bermula dari Kerajaan Mapungubwe di daerah Afrika Selatan masa kini. Mereka berkembang melalui perdagangan dengan bangsa Swahili di pesisir Afrika Timur. Mereka mendirikan struktur bebatuan besar tanpa semen, contohnya di Zimbabwe Raya (ibukota Kerajaan Zimbabwe), Khami (ibukota kerajaan Butua), dan Danamombe (Dhlo-Dhlo; ibukota Kekaisaran Rozwi). Bangsa Swahili sendiri merupakan penghuni pesisir Afrika Timur dari Kenya sampai Mozambik yang berdagang secara ekstensif dengan orang Asia dan Arab, yang memperkenalkan agama Islam kepada mereka. Mereka mendirikan banyak bandar seperti Mombasa, Zanzibar, dan Kilwa, yang dikenal oleh para pelaut Cina karena usaha Zheng He dan para geografer muslim.
Amerika pra-Kolumbus
Pada Abad Pertengahan, di Amerika Utara, Tengah, dan Selatan terjadi perkembangan kebudayaan dan peradaban yang unik dan tumbuh secara mandiri. Di Amerika Utara, sekitar 800 M, kebudayaan Mississippi muncul di wilayah yang kini merupakan bagian dari negara Amerika Serikat.
Kebudayaan tersebut berkembang di bagian timur laut, bagian tengah, dan
bagian tenggara wilayah Amerika Serikat. Kebudayaan ini terkenal dengan
arsitekturnya berupa bangunan-bangunan berupa gundukan yang besar.
Pemukiman terbesar dari kebudayaan ini, Cahokia—terletak dekat St. Louis Timur, Illinois
pada masa kini—kemungkinan mencapai populasi kurang lebih 20.000 jiwa.
Perkampungan lainnya dibangun di sebelah tenggara, dan jaringan
perdagangannya membentang dari Danau-Danau Besar hingga Teluk Meksiko.
Pada masa kejayaannya, antara abad ke-12 dan ke-13 M, Cahokia adalah
kota terpadat di Amerika Utara, dan kepadatannya tidak kalah dengan
kota-kota koloni Eropa sampai tahun 1800-an.[104]
Di kawasan Mesoamerika berkembang sejumlah peradaban, beberapa di antara runtuh sebelum Abad Pertengahan, contohnya Peradaban Olmec di pesisir Teluk Meksiko, tepatnya di situs La Venta dan San Lorenzo Tenochtitlán, yang runtuh sekitar 400 M.[105] Tak jauh dari pusat perkembangan peradaban Olmec, berkembang Peradaban Maya, yang berawal dari perkembangan kebudayaan Epi-Olmec di Chiapas masa kini (sejak 2000 SM). Peradabannya berkembang hingga Guatemala dan semenanjung Yukatan.[106][107] Sementara itu, negara kota Teotihuacan berdiri di Lembah Meksiko sekitar 100 SM dan membangun kebudayaannya, namun bangsa pendirinya masih diperdebatkan karena tidak ada bukti tertulis.[108] Pada era klasiknya (200–1000 M), kota-kota bangsa Maya seperti Tikal, Calakmul, Copán, Palenque, Uxmal, Cobá, dan Caracol
mencapai kejayaannya, sedangkan Teotihuacan runtuh sekitar abad ke-8 M.
Pada abad ke-13, di sebelah barat kota-kota Maya, terjadi aliansi tiga kota bangsa Aztek: Tenochtitlan, Texcoco, dan Tlacopan. Mereka mendominasi sebagian besar wilayah Mesoamerika pada abad ke-14 dan ke-15.
Pada periode yang sama, di Amerika Selatan, munculah kebudayaan Inka. Kekaisaran Inka Tawantinsuyu, beribukota di Cusco, membentangi seluruh daerah pegunungan Andes, membuatnya sebagai peradaban Pra-Kolumbus yang paling ekstensif.[109]
Bangsa Inka merupakan bangsa yang sejahtera dan maju, terkenal akan
sistem jalannya yang baik dan pertukangan batu yang tak tertandingi.
Imperium di Asia
Pada permulaan Abad Pertengahan, di Asia Tenggara terjadi kejatuhan Kerajaan Funan yang terbentang dari pesisir Laut Cina Selatan hingga Samudra Hindia. Kerajaan tersebut digantikan oleh Kerajaan Chenla. Sementara itu di sebelah utara, yaitu daratan Cina berdiri sejumlah negara yang saling bertikai, dan periode tersebut dikenal sebagai masa Dinasti Utara dan Selatan (420-589). Negara-negara tersebut bersatu di bawah Dinasti Sui pada tahun 581. Dinasti tersebut tidak bertahan lama dan digantikan oleh Dinasti Tang
(618). Di bawah pengaruh dinasti ini, kekaisaran Cina mengalami zaman
kejayaannya dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Kejayaan militer di
Basin Tarim menyebabkan Jalur Sutera terbuka sehingga Cina dapat melakukan perdagangan dengan Asia Tengah, bahkan hingga ke Barat.
Sekitar abad ke-7, kerajaan maritim Sriwijaya berdiri di Sumatera Selatan, wilayah Indonesia masa kini. Wilayah kekuasaannya mencakup pulau Sumatra, Jawa Barat, dan Semenanjung Malaya sampai tanah genting Kra (selatan Thailand). Kerajaan ini memiliki hegemoni atas laut di sekitar semenanjung Malaya, seperti Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Cina Selatan. Kerajaan ini juga berpengaruh atas jalur laut perdagangan antara India dan Cina, sekaligus berdagang dengan mereka. Pada periode yang sama, pengaruh Dinasti Chola di India sudah berkembang hingga ke wilayah Andra Pradesh masa kini dan kerajaannya telah menjadi tempat ziarah bagi biarawan dari Asia Timur.[110] Dinasti tersebut menjalin hubungan dagang dengan Dinasti Tang di Cina dan kerajaan Sriwijaya di Semenanjung Malaya.[111]
Pada abad ke-9, Kerajaan Pagan atau Dinasti Pagan terbentuk di Myanmar,
sebagai manifestasi dari penyatuan wilayah-wilayah kedaulatan di
kawasan tersebut. Selama keberlangsungannya, kerajaan ini mendukung
pertumbuhan Agama Buddha Theravada di kawasan Asia Tenggara. Di sebelah timur, Kekaisaran Khmer berdiri, menggantikan Kerajaan Chenla. Angkor, ibukota Khmer, merupakan kota terbesar di dunia sebelum zaman industri dan memiliki ribuan kuil, yang paling terkemuka adalah Angkor Wat.
Pada periode yang sama, Dinasti Tang di Cina mengalami kemunduran
karena pemberontakan di wilayah selatan. Akhirnya wilayah kekaisaran
Cina terpecah menjadi lima dinasti dan sepuluh negara yang saling bertikai (907-960). Pada tahun 907, di Cina Utara berdiri Dinasti Liao yang didirikan oleh bangsa Khitan dari kawasan Mongolia kini. Sementara itu perang saudara di selatan diakhiri dengan berdirinya Dinasti Song (960). Pada masa Dinasti Song, terjadi kemajuan teknologi dalam peperangan, yaitu pengembangan bubuk mesiu yang berujung pada penciptaan senjata api, seperti senapan, meriam, dan pelontar api.[112]
Pada abad ke-11, Sriwijaya jatuh ke tangan Dinasti Chola. Pada masa itu juga, Islam menyebar dari Gujarat ke Indonesia. Pada abad ke-12 dan ke-13, Pagan dan Kekaisaran Khmer menjadi dua kekaisaran utama di Asia Tenggara daratan.[30] Sementara itu di Cina, Dinasti Liao tergantikan oleh Dinasti Jin (1115) yang didirikan bangsa Jurchen.
Pada abad ke-13, bangsa Mongol melancarkan serbuan ke sejumlah kawasan di Asia, antara lain: Asia Tengah dan Barat (Siberia, Iran, India), Asia Timur (Cina, Manchuria, Tibet, Korea, Jepang), dan Asia Tenggara (Myanmar, Jawa, Vietnam). Dinasti Jin dan Song menjadi bagian dari Kekaisaran Mongolia, memicu berdirinya Dinasti Yuan (1271). Di beberapa tempat, seperti Jepang, Vietnam, dan Jawa penyerbuan mereka gagal. Meskipun demikian, Ekspansi Mongol sangat sukses karena pada akhirnya wilayah mereka terbentang sangat luas, dari pesisir Laut Cina Timur hingga Eropa Tengah.[113]
Kekaisaran Mongolia hanya bertahan selama kurang lebih satu abad.
Setelah kejayaannya, wilayah taklukan mereka melepaskan diri. Di Cina,
pemerintahan Dinasti Yuan digulingkan oleh rakyat dan digantikan dengan
pemerintahan Dinasti Ming (1368-1644) oleh orang Han. Di bawah Dinasti Ming, sekali lagi Cina berada dalam masa kejayaannya.[114]
Di Thailand, Sukhothai (abad ke-13) dan Ayutthaya (abad ke-14) merupakan kekuatan utama bangsa Thai
yang dipengaruhi oleh bangsa Khmer. Setelah Ayutthaya mendominasi
Sukhotai, pada abad ke-15, Khmer diserbu oleh Ayutthaya. Sementara itu,
di Indonesia, kerajaan-kerajaan Islam sedang berdiri, antara lain Kesultanan Malaka, Kesultanan Demak, dan Kesultanan Cirebon. Menjelang akhir Abad Pertengahan, bangsa Eropa mulai berdatangan dan berdagang di kawasan Asia Tenggara, diawali dengan bangsa Portugis, disusul dengan Spanyol dan Belanda.
Sejarah modern
Sejarah modern ("periode modern", "era modern", "zaman modern") adalah sejarah masa-masa setelah Abad Pertengahan. "Sejarah kontemporer" adalah sejarah yang meliputi peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak sekitar tahun 1900 hingga sekarang.
Abad Modern Awal
"Abad Modern Awal"[e] adalah istilah yang digunakan oleh para sejarawan untuk merujuk pada suatu periode di Eropa Barat dan koloni-koloni pertamanya yang berlangsung selama berabad-abad antara Abad Pertengahan dan Revolusi Industri – sekitar 1500 sampai 1800. Abad Modern Awal ditandai dengan pemusatan perhatian pada sains dan semakin majunya perkembangan teknologi, sekularisasi politik, dan berdirinya negara kota. Ekonomi kapitalis mulai berkembang, mula-mula di republik-republik Italia Utara seperti Genoa. Pada Abad Modern Awal juga dimulai perkembangan dan dominansi teori ekonomi merkantilisme. Abad Modern Awal menggambarkan kemunduran dan akhirnya kelenyapan feodalisme, perbudakan, dan kekuasaan Gereja Katolik Roma di sebagian besar kawasan Eropa. Dalam periode tersebut juga terjadi masa akhir Reformasi Protestan, Perang Tiga Puluh Tahun, Abad Penemuan, Kolonisasi Eropa di Amerika, dan puncak perburuan penyihir di Eropa.
Pada periode ini terjadi kemunduran pada sejumlah peradaban di Afrika dan kemajuan di tempat lain. Ethiopia memasuki Zemene Mesafint
(Zaman Para Pangeran) tahun 1769 ketika kaisar menjadi kepala negara
sementara negara diperintah oleh panglima perang, kemudian dipulihkan
oleh Kaisar Tewodros II. Pesisir Swahili mengalami kemunduran setelah berada di bawah kendali bangsa Portugis dan Oman. Kekaisaran Songhai
jatuh ke tangan bangsa Maroko pada tahun 1591 saat mereka diserbu
dengan senjata api. Kerajaan Zimbabwe menjadi beberapa kerajaan kecil
seperti Mutapa dan Butua. Peradaban lain di Afrika mengalami kemajuan
selama periode ini; Kekaisaran Oyo berada dalam masa kejayaannya, demikian pula Kekaisaran Benin. Tahun 1670, Kekaisaran Ashanti bangkit di daerah yang kini disebut Ghana. Kerajaan Kongo juga berkembang pesat selama periode ini. Eksplorasi bangsa Eropa di Afrika mencapai puncaknya pada periode ini.
Renaisans
Renaisans Eropa, berawal pada abad ke-14,[115]
ditandai dengan penggalian kembali ilmu-ilmu dari zaman kuno, serta
kebangkitan ekonomi dan kehidupan sosial di Eropa. Zaman Renaisans juga
menimbulkan budaya ingin tahu, yang berujung pada humanisme[116] dan Revolusi Ilmiah.[117]
Meskipun ada pergolakan dan revolusi sosial dan politik yang diupayakan
melalui berbagai cara intelektual, Zaman Renaisans lebih dikenal akan
perkembangan kesenian dan kontribusi para polimatik macam Leonardo da Vinci dan Michelangelo, yang menyebabkan adanya istilah "Bapak Renaisans".[118][119]
Ekspansi Eropa
Informasi lebih lanjut: Sejarah Eropa dan Abad Penemuan
Peta pelayaran terkemuka pada Abad Penemuan, 1482–1524. | |||
Penemuan terkemuka |
|||
---|---|---|---|
Penemuan/ Tujuan |
Pemimpin penjelajahan | Tahun | Didanai oleh |
Sungai Kongo | Diogo Cão | 1482 | João II dari Portugal |
Tanjung Harapan, Samudra Hindia |
Dias | 1488 | João II dari Portugal |
Karibia | Kolumbus | 1492 | Fernando dan Isabel |
India | Vasco da Gama | 1498 | Manuel I |
Brazil | Cabral | 1500 | Manuel I |
Maluku, Australasia (Samudra Pasifik Barat) |
Albuquerque, Abreu dan Serrão |
1512 | Manuel I |
Samudra Pasifik Timur | Vasco Balboa | 1513 | Fernando II dari Aragón |
Selat Magellan | Magellan | 1520 | Carlos I dari Spanyol |
sirkumnavigasi | "Magellan" | 1522 | Carlos I dari Spanyol |
Australia | Willem Janszoon | 1606 | Perusahaan Hindia Timur Britania |
Selandia Baru | Abel Tasman | 1642 | Perusahaan Hindia Timur Britania |
Antartika | James Cook | 1773 | George III |
Hawaii | James Cook | 1778 | George III |
Selama periode ini, kekuatan Eropa mendominasi hampir seluruh bagian
dunia. Dalam suatu teori dinyatakan bahwa geografi Eropa berperan
penting dalam keberhasilan tersebut. Dari luar, Timur Tengah, India, dan Cina dikelilingi oleh pegunungan atau laut. Sekali rintangan alami ini dilalui, wilayah mereka hampir tampak datar. Sebaliknya, Pegunungan Pirenia, Alpen, Apennini, Karpatia,
dan pegunungan lainnya terbentang di sepanjang Eropa, dan kawasan benua
tersebut juga terbagi-bagi oleh sejumlah lautan. Hal ini memberi
perlindungan lebih bagi Eropa terhadap risiko penyerbuan dari Asia Tengah. Sebelum zaman penggunaan senjata api, bangsa nomad Asia Tengah lebih unggul daripada negara-negara agraris di sekeliling benua Eurasia
dan bila mereka berhasil menerobos ke dataran India Utara atau melalui
lembah-lembah di Cina, serbuan mereka tidak akan terhentikan. Serbuan
mereka kerap mendatangkan kehancuran. Zaman kejayaan Islam[120] berakhir setelah bangsa Mongol menghancurkan Baghdad tahun 1258. India dan Cina merupakan subjek serbuan secara berkala, dan Rusia melewati masa hampir dua abad di bawah penindasan bangsa Mongol-Tatar. Eropa Tengah dan Barat, secara logistik lebih jauh dari jantung Asia Tengah, sehingga menjamin risiko penyerbuan yang lebih kecil.
Geografi berpengaruh terhadap perbedaan geopolitik. Dalam sebagian besar sejarahnya, Cina, India, dan Timur Tengah
disatukan di bawah kekuatan dominan yang memperluas teritorinya hingga
mencapai batas pegunungan dan gurun di sekelilingnya. Tahun 1600-an, Kesultanan Utsmaniyah[121] menguasai hampir seluruh kawasan Timur Tengah, sementara Dinasti Ming memerintah Cina,[122][123] dan Kemaharajaan Mughal
berkuasa atas India. Sebaliknya, Eropa kerap terpecah-belah menjadi
sejumlah negara yang saling berperang. Imperium-imperium pemersatu
Eropa, kecuali Kekaisaran Romawi, cenderung runtuh tak lama setelah berdiri. Faktor geografis penting lainnya yang berperan dalam kebangkitan Eropa adalah Laut Tengah,
yang selama ribuan tahun telah berfungsi sebagai jalur maritim yang
membantu pertukaran komoditas, bangsa, pemikiran, dan invensi.
Hampir seluruh peradaban agraris didesak oleh lingkungan sekitarnya. Produktivitas tetap rendah, dan perubahan iklim dengan mudah mempengaruhi siklus kejayaan dan kemunduran (boom-and-bust cycle; masa ekonomi sedang) yang menghantarkan peradaban menuju kebangkitan dan kehancurannya. Pada abad ke-16, terjadi perubahan kualitatif dalam sejarah dunia. Kemajuan teknologi serta kemakmuran yang dihasilkan melalui perdagangan perlahan-lahan memberikan peluang yang lebih besar.[124]
Hak kepemilikan dan ekonomi pasar bebas di Eropa lebih kuat daripada tempat lain di mana pun karena idealisme kebebasannya, sehingga sikap dan tradisi tersebut mendukung ekspansi Eropa.[125][126]. Pada masa kini, sarjana seperti Kenneth Pomeranz
berkeberatan dengan pandangan tersebut, meskipun pendekatan sang
revisionis terhadap sejarah dunia menuai kritik karena meremehkan
prestasi peradaban Eropa.[127]
Ekspansi maritim Eropa mengejutkan—mengingat kondisi geografis benua
tersebut—dan sebagian besar merupakan usaha negara-negara yang berada di
pesisir Samudra Atlantik: Portugal, Spanyol, Inggris, Prancis, dan Belanda. Awalnya Imperium Portugis dan Spanyol merupakan penakluk ulung dan sumber pengaruh, dan perserikatan mereka menghasilkan Uni Iberia,[128] imperium global pertama yang memiliki wilayah "yang tak pernah melihat matahari tenggelam". Kemudian Inggris, Prancis, dan Belanda—negara-negara di sebelah utara—mulai mendominasi Atlantik. Dalam peperangan yang terjadi pada abad ke-17 dan ke-18—berpuncak pada peperangan era Napoleon—Britania muncul sebagai kekuatan dunia baru.
Abad Modern
Revolusi Ilmiah mengubah pemahaman manusia terhadap dunia dan menggiringnya pada Revolusi Industri, sebuah tranformasi besar bagi perekonomian dunia.[129][130] Revolusi Ilmiah pada abad ke-17 memberikan sedikit dampak langsung terhadap teknologi
industri, tetapi setelah pertengahan abad ke-18 kemajuan ilmiah mulai
diterapkan secara signifikan pada invensi praktis. Revolusi Industri
diawali di Britania Raya dan menggunakan mode produksi baru—pabrik, produksi massal, dan mekanisasi—untuk
menghasilkan produk secara lebih cepat dan dalam jumlah besar, serta
mempekerjakan buruh lebih sedikit daripada masa sebelumnya. Abad
Pencerahan juga menuju kepada permulaan demokrasi modern dalam Revolusi Amerika dan Perancis saat akhir abad ke-18. Demokrasi dan republikanisme kemudian bertumbuh dan memberikan dampak besar bagi kualitas kehidupan dan peristiwa-peristiwa besar di duna.
Setelah orang Eropa (terutama Inggris dan Spanyol) memberikan pengaruh dan pendudukan atas benua Amerika, aktivitas imperialisme di Barat akhirnya berpaling ke Timur dan Asia.[131][132] Pada abad ke-19, negara-negara Eropa mengalami kemajuan sosial dan teknologi daripada negeri-negeri di timur.[133] Britania memperoleh kuasa atas anakbenua India, Mesir, dan semenanjung Malaya;[134] Perancis mengambil alih Indochina; sedangkan Belanda memperkuat kuasanya atas Hindia Belanda. Banyak emigran Inggris menduduki Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan,[134] sedangkan Rusia menduduki kawasan Siberia yang belum mengenal pertanian.[135][136]
Akhir abad ke-19, kekuatan negara-negara Eropa membagi-bagi daerah
Afrika yang terjajah. Di Eropa sendiri, tantangan ekonomi dan militer
menciptakan sistem negara kebangsaan, dan pengelompokan etnolinguistik mulai dipakai untuk mengenali jati diri sebagai bangsa yang berbeda dengan aspirasi otonomi kultural dan politik. Nasionalisme semacam itu akan menjadi hal penting bagi suku bangsa lain di berbagai belahan dunia saat abad ke-20.
Selama Revolusi Industri, perekonomian dunia bergantung pada batu bara sebagai bahan bakar, setelah penemuan metode transportasi yang baru, seperti kereta api dan kapal uap, yang membuat dunia terasa makin sempit.[130] Di sisi lain, polusi industri dan kerusakan lingkungan—yang sudah ada sejak penemuan api dan permulaan peradaban—meningkat drastis.
Kemajuan yang berkembang di Eropa selama pertengahan abad ke-18 ada dua: budaya kewirausahawan,[133][137] dan kemakmuran yang diperoleh melalui perdagangan jalur Atlantik[133] (termasuk perdagangan budak Afrika). Akhir abad ke-16, perak yang diperoleh dari benua Amerika telah memperkaya Kekaisaran Spanyol.[138] Keuntungan dari perdagangan budak dan perkebunan di Karibia hanya menyumbang sekitar 5% dari perekonomian Britania saat Revolusi Industri.[139] Sejumlah sejarawan menyimpulkan bahwa pada 1750, produktivitas buruh di kawasan-kawasan paling berkembang di Cina masih sederajat dengan perekonomian Atlantik bangsa Eropa[140], tetapi sejarawan lainnya seperti Angus Maddison manyatakan bahwa produktivitas perkapita Eropa Barat sejak akhir Abad Pertengahan telah melampaui daerah-daerah mana pun di dunia.[141]
Sejarah kontemporer
1900–1945
Abad ke-20[142] dimulai saat Eropa berada dalam puncak kemakmuran dan kekuasaannya, sedangkan sebagian besar kawasan lainnya berada di bawah kekuatan kolonialisme mereka secara langsung atau dominasi secara tidak langsung.[143] Banyak daerah di belahan dunia lainnya mendapat imbas dari negara-negara yang sangat terpengaruh budaya Eropa: Amerika Serikat dan Jepang.[144]
Saat permulaan abad ini, sistem global yang didominasi oleh
kekuatan-kekuatan yang bersaing satu sama lain menjadi persoalan yang
dipenuhi ketegangan, akhirnya menyerah pada struktur negara-negara
independen yang lebih lunak yang terorganisasi menurut cara barat.
Transformasi tersebut bertumbuh menjadi serangkaian perang dengan medan dan kehancuran sangat besar. Perang Dunia I menghancurkan banyak imperium dan kerajaan di Eropa, serta melemahkan Britania Raya dan Perancis.[145] Setelah perang berakhir, ideologi-ideologi baru bermunculan. Revolusi Rusia (1917)[146] menyebabkan berdirinya negara komunis, sedangkanpada dasawarsa 1920 dan 1930 terjadi kediktatoran militer fasis di Italia, Jerman, Spanyol, dan lain-lain.[147]
Perselisihan antarnegara yang berlarut-larut, diperburuk dengan perekonomian yang kacau dan Depresi Besar, telah mendukung terjadinya Perang Dunia II.[148][149] Kediktatoran militer di Eropa dan Jepang mengupayakanekspansionisme imperialis. Kekalahan mereka membuka jalan bag kemajuan komunisme di Eropa Tengah, Yugoslavia, Bulgaria, Romania, Albania, Cina, Vietnam Utara, dan Korea Utara.
1945–2000
Setelah Perang Dunia II berakhir tahun 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa didirikan dengan harapan menyelesaikan perselisihan antarbangsa dan mencegah peperangan di masa depan.[150][151] Perang tersebut menyisakan dua negara dengan kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat[152] dan Uni Soviet, yang membimbing perkara internasional.[153]
Keduanya saling mencurigai dan takut akan persebaran global dari model
politik dan ekonomi salah satu negara tersebut. Hal itu memicu
terjadinya Perang Dingin—perselisihan tanpa pertumpahan darah antara Amerika Serikat, Uni Soviet, dan sekutu masing-masing. Dengan pengembangan senjata nuklir[154] dan perlombaan senjata, umat manusia berada dalam risiko terjadinya perang nuklir yang dipicu kedua negara adikuasa tersebut.[g]
Perang semacam itu dianggap sulit dijalankan, sehingga pendanaan
dipakai dalam perang lewat pihak ketiga, dengan pengeluaran yang cocok
untuk negara Dunia Ketiga tanpa senjata nuklir. Perang Dingin
berakhir hingga tahun 1990-an, ketika sistem komunis Uni Soviet mulai
runtuh, tak mampu bersaing secara ekonomi dengan Amerika Serikat dan
Eropa Barat. Negara-negara Uni Soviet di Eropa Tengah menuntut
kedaulatan bangsa mereka sehingga pada tahun 1991, Uni Soviet pecah
menjadi sejumlah negara.[155] Sejak saat itu, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia.[156][157][h]
Pada beberapa dasawarsa awal abad ke-20, daerah jajahan negara-negara Eropa—Belgia, Inggris, Belanda, Perancis, dan imperium Eropa lainnya—di Afrika dan Asia mendeklarasikan kemerdekaannya secara resmi.[159][160] Negara-negara baru merdeka tersebut menghadapi tantangan dalam bentuk neokolonialisme, kemiskinan, buta huruf, dan penyakit tropis endemis.[161][162] Banyak negara di Eropa Barat dan Tengah yang perlahan-lahan membentuk suatu komunitas politik dan ekonomi, yaitu Uni Eropa, yang melebar ke timur karena keikutsertaan negara-negara bekas Uni Soviet.[163]
Pada abad ke-20 terjadi ledakan kemajuan sains dan teknologi,
serta peningkatan harapan hidup dan standar kehidupan bagi sebagian
besar umat manusia. Dalam perkembangannya, perekonomian dunia beralih
dari batu bara ke minyak bumi seiring pembaruan dalam teknologi transportasi, mengiringi permulaan Zaman Informasi,[164] yang menuju pada percepatan globalisasi.[165][166][167]
Pada abad ini, aplikasi teknologi sudah mampu menembus atmosfer Bumi yang memungkinkan umat manusia menjelajahi ruang hampa di Tata Surya. Dalam bidang biologi, penemuan struktur DNA[168]—pola cetakan kehidupan—dan pengurutan genom manusia, merupakan suatu prestasi gemilang dalam pemahaman terhadap biologi manusia dan penanganan penyakit.[169] Angka melek huruf
di seluruh dunia mulai meningkat, sebaliknya persentase sumber tenaga
kerja untuk memproduksi pangan bagi umat manusia perlahan-lahan menurun.
Teknologi perekaman suara, film, siaran radio dan televisi
mengakibatkan informasi dan hiburan menyebar dengan sangat pesat.
Kemudian, pada dasawarsa terakhir di abad tersebut, terjadi peningkatan
pada jumlah penggunaan komputer, termasuk komputer pribadi. Jaringan komunikasi global hadir dalam bentuk Internet.
Media massa satu arah beralih menjadi komunikasi individual dalam
gejala yang disebut pergeseran peradaban keempat menuju peradaban
kelima.[170]
Pada abad ini muncul beberapa ancaman global, ada yang terjadi akibat
ulah manusia atau lebih parah daripada sebelumnya, dan ada yang baru
diketahui secara luas, misalnya pengembangan nuklir, perubahan iklim global,[171][172] penebangan hutan, pembeludakan jumlah penduduk, keberadaan asteroid dan komet di dekat Bumi,[173] dan penyusutan sumber daya alam (khususnya bahan bakar fosil).[174]
Abad ke-21
Abad ke-21 ditandai oleh globalisasi ekonomi dan perkembangan komunikasi seperti telepon genggam dan Internet. Kebutuhan dunia dan pengurasan sumber daya alam meningkat karena pertumbuhan populasi dan industrialisasi, terutama di India, Cina, dan Brazil. Kebutuhan ini mengakibatkan peningkatan kerusakan lingkungan dan mengembangkan ancaman pemanasan global.[175] Maka dari itu ada imbauan untuk pengembangan bahan bakar alternatif atau sumber energi yang dapat diperbarui (terutama tenaga surya dan tenaga angin), ajuan untuk teknologi bahan bakar fosil yang lebih bersih, dan pertimbangan untuk perluasan pemakaian tenaga nuklir (beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir mengalami bencana)
1 komentar: